KEUNIKAN BUDAYA BENGKULU


Provinsi Bengkulu memiliki kebudayaan yang unik. Banyak sekali kebuduyaan yang tidak bisa ditemukan di daerah yang lain. Berbagai macam adat, bahasa, cerita daerah, kerajinan tangan serta makanan daerahnya pun ada. Di bengkulu pun memiliki kekayaan alam yang sangat menawan. Dan masih banyak lagi hal unik tentang budaya bengkulu.
Pada artikel ini akan menguraikan beberapa kebudayaan yang unik yang dimiliki oel Bengkulu.

       1.        Tabot 
Pada setiap tahunnya di Bengkulu masyarakat selalu mengadakannya upacara adat tradisional untuk      mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo) Menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabot. upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram (berdasar kalendar islam) setiap tahun.
Pada awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal dari kata Arab Tabut yang secara harafiah berarti "kotak kayu" atau "peti". Dan biasanya Tabot ini di iringi oleh alat musik “doll”


         2.        Alat Musik “Doll”
Dol ini pada awalnya di bawah oleh para pedagang dari India. Dol ini jenis alat musik yang dipukul seperti gendang. Bahan pembuatannya juga dari kayu dan kulit sapi namun dengan ukura yang bermacam-macam. Diamater lingkarannya kira-kira 70 cm dengan tinggi tapak kayunya kira-kira 80 cm.Alat musik tradisional Bengkulu ini terbuat dari bongol buah kelapa atau pohon nangka. Masyarakat Bengkulu sangat akrab dengan alat musik Dol. Mereka biasanya bermain Dol secara berkelompok di rumah-rumah atau sanggar kesenian. Peminatnya tak terbatas pada orang dewasa atau remaja.

3.          Motif Batik Khas Bengkulu
·    Batik Besurek
Kerajinan Kain Besurek mulai dikenal oleh Masyarakat Bengkulu yaitu pada saat pengasingan pangeran Sentot Ali Basa dan keluarganya di bengkulu oleh Kolonial Belanda. Pada saat pengasingan itu keluarga Sentot Ali Basa membawa bahan dan peralatan membuat batik, yang tujuannya untuk mengisi kesibukan selama di pengasingan. Pada saat keluarga Sentot Ali Basa melakukan pekerjaan membatik, warga Bengkulu melihat dan memperhatikan mereka. Kemudian warga Bengkulu tersebut tertarik dan minta untuk belajar pada keluarga Sentot Ali Basa untuk membuat batik. Kemudian warga Bengkulu belajar membatik sampai bisa.
 Keahlian yang telah didapat masyarakat Bengkulu itu terus dilakukan higga sekarang. Untuk menjaga kelestarian (kelangsungan) Kain Besurek sampai kapanpun, sekarang ini dilakukan pembinaan oleh beberapa lembaga antara lain Departemen Industri & perdagangan, Departemen Pariwisata, Departemen Pnedidikan & Kebudayaan, dimana menetapkan Kain Besurek sebagai mata pelajaran di sekolah.
Batik besurek adalah salah satu kain tradisional yang merupakan kerajinan tangan khas bengkulu yang bermotif kaligrafi arab. Motif tersebut terpengaruh unsur kebudayaan islam yang juga membedakan batik besurek dengan motif batik jawa.
Ø  Motif kaligrafi merupakan motif yang diambil dari huruf-huruf kaligrafi. Batik Besurek untuk upacara adat bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca dan memiliki makna, namun sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab yang tidak memiliki makna yang jelas.
Ø  Motif rafflesia merupakan motif bergambar padma raksasa khas bengkulu. Motif ini sebagai motif utama kain besurek setelah kaligrafi.
Ø  Motif burung kuau merupakan kain besurek bergambar burung kuau yang berupa rangkaian huruf-huruf kaligrafi.
Ø  Motif relung kaku adalah motif Batik Besurek dengan bentuk meliuk-liuk seperti tumbuhan paku.
Ø  Motif rembulan adalah motif yang dibuat perpaduan antara gambar bulan dengan motif kaligrafi.
 

·           Batik kaganga
            Batik kaganga berbeda dengan batik besurek. jika batik besurek arab gundul maka, batik kaganga bermotif aksara suku rejang yang dipadukan motif bunga raflesia. Motif batik ini cukup populer di Bengkulu karena setiap pegawai negeri atau pelajar diwajibkan untuk memakai batik ini sebagai seragam pada hari tertentu.
 

·           Batik Beremis

            Batik Beremis merupakan batik yang bermotif kulit remisi dan burung walet yang dipadukan dengan susunan motif batik besurek. Batik ini berasal dari kabupaten Seluma yang menjadi ciri khas batik Bengkulu.
            Keunikan dari batik ini yaitu dibuat dengan cara ditulis murmi, bukan dicetak. Untuk bahannya, kai n batik ini menggunakan bahan sutra maupun cotton sehingga lebih nyaman untuk dipakai dan mempunyai nilai ekonimis maupun prestise yang baik.
 

4.        Benteng Marlborough


Benteng Marlborough (Inggris:Fort Marlborough) adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah benteng St. George di Madras, India. Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi samudera Hindia. Benteng ini pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu; sehingga penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras. Mereka kemudian kembali tahun 1724 setelah diadakan perjanjian. Tahun 1793, serangan kembali dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Dan kemudian pada tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati dengan pendirian monumen-monumen di kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.
Marlborough masih berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia-Belanda tahun 1825-1942, Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang kemerdekaan Indonesia. Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu manjadi markas Polri. Namun, pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Setelah Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
 


5.        Rumah Pengasingan Bung Karno


Bung Karno adalah salah seorang tokoh proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. Awalnya, rumah tersebut adalah milik seorang pedagang Tionghoa yang bernama Lion Bwe Seng yang disewa oleh orang Belanda untuk menempatkan Soekarno selama diasingkan di Bengkulu. Dalam masa perjuangan merebut kemerdekaan, Bung Karno pernah diasingkan ke Bengkulu dari tahun 1938 sampai 1942. Bukti sejarah pengasingan Bung Karno ke Bengkulu saat ini masih dapat kita saksikan pada sebuah bangunan yang merupakan rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Rumah tersebut saat ini menjadi salah satu objek wisata yang mengandung nilai historis cukup tinggi di Bengkulu. Letaknya pun cukup strategis di daerah perkotaan, yaitu di jalan Soekarno-Hatta, Anggut, Bengkulu, tak jauh dari lokasi KPPN Bengkulu.



6.        Rumah Kediaman Ibu Fatmawati
Dekat dengan rumah pengasingan Bung Karno yang berjarak kurang lebih 600 meter, atau  tepatnya di Jalan Fatmawati, terdapat rumah kediaman istri Bung Karno saat pengasingan Bung Karno di Bengkulu, yaitu Fatmawati Soekarno. Rumah berwarna coklat dan berbentuk rumah panggung yang merupakan ciri rumah tradisional masyarakat sumatera ini  menjadi salah satu objek wisata bersejarah di Bengkulu. Sama seperti rumah pengasingan Bung Karno, di rumah ini kita dapat menemui perabotan dan barang-barang milik Ibu Fatmawati yang mengandung nilai sejarah, termasuk mesin jahit yang konon kabarnya digunakan oleh Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera merah putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.


7.        Kerajinan Tangan Kulit Lantung
kulit

     Tak salah bila peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Undri, SS, M.Si dan Nurmatias dalam sebuah penelitiannya menyatakan bahwa "Kain Lantung: Kain Terjajah". Secara gamblang mengatakan bahwa kulit lantung dikenal masyarakat Bengkulu sejak masa penjajahan Jepang tepatnya pada 1943 atau satu tahun Jepang menanamkan kekuasaannya di Indonesia.

    "Faktor kerasnya hidup, kerasnya tekanan penjajah menjadikan keadaan perekonomian menjadi berat sehingga menyulitkan masyarakat dalam mencari atau membeli pakaian atau katun dari drill. Oleh karena itu timbul pemikiran bagaimana mendapatkan pengganti kain untuk pelindung tubuh, maka muncul ide pembuatan kain lantung sebagai alternatif dengan hutan yang memiliki bermacam jenis pohon pada waktu itu menjadi bahan pokoknya," kata Undri.

    Artinya, kulit lantung yang dijadikan pakaian pada masa penjajahan itu merupakan bagian dari perjalanan kelam sejarah bangsa karena benda ini keberadaannya lahir dari hasil budaya masyarakat Bengkulu pada situasi dan kondisi ketika perjuangan mengusir penjajah Jepang.
lantung yang biasa dijadikan para perajin Bengkulu untuk membuat cenderamata memiliki cerita kelam yang panjang dalam mengiringi kemerdekaan Republik Indonesia.


 





 

Komentar

Postingan Populer